Buku ini merupakan studi tafsir tematis (maudlu’i) dengan menggunakan pendekatan kontekstual terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan tema kekristenan atau Kristologi. Misalnya tentang Yesus yang di dalam al-Qur’an disebut sebagai antara lain: Isa, Ibn Maryam, al-Masih, ‘abd, Rasul, nabi, ruh dan lain-lain. Diceritakan bagaimana ia terlahir tanpa ayah dan para mufassir menyebutnya sebagai mu’jizat. Al-Qur’an dengan tegas membantah klaim orang-orang Yahudi dan nasrani bahwa Yesus wafat di tiang salib, yang menurut iman Kristiani sebagai pengorbanan Yesus untuk menebus dosa umat manusia. Al-Qur’an juga menolak dan mengecam pandangan yang menyebut Yesus sebagai Tuhan atau salah satu oknum Tuhan. Yesus tidak laina adalah manusia biasa yang dipilih oleh Allah untuk menjadi nabi dan rasul-Nya.
Dari uraian-uraian tersebut dapat diindikasikan adanya perbedaan antara stigma yang berkembang pada masyarakat Islam tentang Kristen dengan ide morang yang sesungguhnya dalam al-Qur’an, setidaknya menurut hasil penelitian penulis.
Penulis buku ini berusaha menengahi antara Islam dan Kristen dengan cara mengkaji teks al-Qur’an tentang ayat-ayat kekristenan dan mendialogkannya dengan teks-teks kekristenan sendiri. Baik berupa al-Kitab maupun karya-karya teologis dari tokoh-tokoh Kristiani. Dalam buku ini juga diungkapkan bagaimana sebenarnya para murid Yesus merumuskan ketritunggalan ilahi dalam keesaan wujud-Nya yang nuzul firman-Nya sudah menjadi manusia dengan menisbahkan Allah, firman (Yesus) dan Roh Kudus dengan istilah-istilah teologis seperti ousia (jauhar atau dzat) dan hipostasia (sifat). Ungkapan tersebut berbunyi “Allahu wahid, wa huwa tsalasatu aqanim mutasawiyat fi al-jauhar” (Allah Yang Maha Esa memiliki tiga hypostasis yang sehakekat dalam jauhar atau dzat-Nya). Konsep inilah yang sebenarnya sama dengan konsep ketauhidan.
Posting Komentar