Buku : Al-Qur’an Dihujat
Penulis : Henri Shalahuddin
Penerbit : Al-Qalam, Depok
Cetakan : Kedua, 2007
Tebal : xxxii + 164 halaman
Pen. Resume : Hasbi Arijal, M.Ag.
Dewasa ini para penghujat al-Qur’an bukan hanya datang dari kalangan orientalis, tapi juga para sarjana dengan titel akademis yang tinggi dan berprofesi sebagai pengajar diberbagai perguruan tinggi Islam. Para dosen ini melakukan berbagai macam pendekatan yang datang dan diambil sepenuhnya dari orientalis tersebut terhadap al-Qur’an. Akhirrnya yang terjadi adalah fenafsiran-penafsiran “baru” yang berujung menghujat keontensitasan al-Qur’an itu sendiri.
Buku al-Quran Dihujat ini dibagi kedalam empat pembahasan, yang secara keseluruhan membahas dan memaparkan bagaimana peran juga pemikiran salah seorang tokoh sentral penghujat al-Qur’an, yaitu Nasr Hamid Abu Zayd. Pada bagian pertama buku ini, penulis mengulas antara lain riwayat hidup sang tokoh, pemikirannya secara umum berkenaan dengan masalah-masalah penafsiran, kesamaan antara buah pikirnya dengan ide-ide mu’tazilah dan beberapa hasil ijtihad dari pemikiran-pemikirannya tadi dalam penafsirkan ulang teks al-Qur’an. Bagian kedua mengulas problem krusial dimana hujatan Nasr Abu Zayd untuk mujtahid besar Islam, yaitu Imam Syafi’i. Ia menganggap bahwa imam Syafi’i adalah termasuk ulama yang opurtunis dan berediologi Quraisy. Sedangkan, bagian ketiga dari buku ini mengulas pengaruh besar daripada ide-ide Nasr Abu zayd di Indonesia, tentang para pemuja dan penggiat pemikirannya. Terakhir, adalah pembahasan mengenai kritik penulis untuk pemikiran-pemikirannya tentang al-Qur’an.
Hujatan Nasr Abu Zayd terhadap al-Qur’an dapat dilihat dari hasil kajian yang dilakukannya. Ia berpendapat bahwa al-Qur’an adalah teks historis, teks manusia, teks linguistik, dan bagian dari fenomena sejarah. Kesimpulan tersebut tidak mengherankan ketika pendekatan yang ia gunakan terhadap teks al-Qur’an adalah pendekatan hermeneutika, yang merupakan produk dari Barat dimana mereka menggunakannya untuk mengkaji teks bibel yang bermasalah itu. Hal ini diakui sendiri oleh Nasr Abu Zayd bahwa, hermeneutika merupakan anugerah tebesar yang ia dapatkan selama bermukim di Amerika. Selanjutnya ia simpulkan bahwa al-Qur’an yang ada saat ini dan dibaca oleh seluruh ummat Islam dipenjuru dunia adalah hasil budaya Arab zaman dulu (muntaj tsaqofi).
Buku al-Quran Dihujat dapat menjadi rujukan untuk mencari titik terang ditengah banyaknya karya-karya menyesatkan dalam memahami al-Qur’an. Terkhusus berkaitan dengan pemikiran Nasr Abu Zayd, melihat tulisan dan kritikannya langsung merujuk pada sumber-sumber primer, yaitu karya-karya Abu Zayd sendiri.
Posting Komentar