Buku : Menghidupkan Al-Qur’an, judul asli The Qur’an a Short Introduction
Penulis :
Farid Esack
Penerjemah :
Norma Arbi’a Juli Setiawan
Penerbit :
Inisiasi Press, Depok
Cetakan :
Pertama, 2006
Tebal :
xxv + 298 halaman
Para ulama tradisionlalis
telah gagal dalam merelevansikan pemahaman tentang al-Qur’an sebagai tantangan
zaman seperti saat ini. Mereka tidak mampu menginterpretasikan pesan Al-Qur’an
secara kreatif dalam pengertian-pengertian kontemporer, mensentralisasikan
tradisi lisan Al-Qur’an dimasyarakat muslim. Kombinasi ini menghasilkan
pengabaian al-Qur’an sebagai ucapan ketuhanan, aktif menjawab dirinya sendiri
pada setiap masa. Secara tidak langsung menyebabkan rasa tidak puas oleh
kalangan selain ulama, dikarenakan pemahaman mereka terbatas terhadap
al-Qur’an, berbeda dengan para ulama sebagai generasi penerus nabi. (p.17)
Anggapan bahwa
tidak ada hak bagi mereka yang non ulama untuk lebih memahami isi kitab
sucinya, karena para ulama tersebut haknya tercabut sebagai penjaga terdepan
kemurnian teks. Hal seperti ini terjadi di Negara Afrika Selatan. Kalo ada
injil seabgai sabuk agama Kristen, maka al-Qur’an adalah sabukny agama Islam.
(p.18-23).
Dari banyak arti
kata “al-Qur’an” itu sendiri yang salah satunya adalah “koleksi”, menunjukan
bahwa kata al-Qur’an tidak selalu dipakai al-Qur’an dalam artian konkrit
sebagai suatu kitab suci seperti umumnya dipahami. Ia mengacu pada wacana lisan
yang diwahyukan, yang mengungkapkan suatu jawaban Tuhan atas kebutuhan
masyarakat, yang diwahyukan selama periode 23 tahun. (p.27)
Kehadiran Kristen,
Yahudi dan hunafa membawa banyak spekulasi bagi sarjana non-Muslim
mengenai dampak mereka pad aide-ide Muhammad tentang pembentukan al-Qur’an,
namun dengan tidak ada sedikit tuduhan langsung bahwa Muhammad telah meminjam
ide-ide ini dari satu atau lebih komunitas tersebut. (p.34).
Sifat dan cara
wahyu, keotentikannya dan bahwa penerimanya telah lama menjadi kekesalan
sarjana Islam yang kritis tentang al-Qur’an. Tuduhan terhadap Muhammad berkisar
tentang penipuan palsu sampai halusinasi dan kekejangan epilepsi.(p.45)
Watt
menyajikan dua pandangan alternatif mengenai wahyu nabi Muhammad pada muslim
yang diuraikan diatas, bahwa al-Qur’an adalah produk dari beberapa bagian
kepribadian Muhammad selain daripada pikiran sadarnya dan bahwa ia adalah
pekerjaan dari kepribadian Ilahiyah tetapi dihasilkan melalui kepribadian
Muhammad dengan cara sedemikian sehingga ciri khusus al-Qur’an adalah untuk
dianggap berasal terutama kemanusaiaan Muhammad. (p.46)
Turunnya
wahyu secara berangsur-angsur selama 23 tahun dan tidak turun secara langsung
sekaligus, merupakan satu bentuk respon atau jawaban terhadap tantangan dan
permaslahan baik itu sosial-politik yang dihadapi oleh ummat Islam. (p. 48)
Menurut
sarjana muslim dan beberapa lainnya, pengumpulan al-Qur’an terjadi pada tiga
dekade yang tumpang tindih, selama periode kenabian Muhammad, periode Abu Bakar
dan akhirnya periode Ustman bin Affan. Lainnya berpendapat bahwa proses ini
lebih bercampur lama. Konsensus Muslim universal saat ini bahwa dalam arti isi,
versi sekarang dari al-Qur’an adalah satu-satunya versi otentik yang dibaca
selama masa nabi dan ditinggalkan masyarakat pada waktu itu karena meninggal.
(p.101)
Sebagian orientalis berpendapat bahwa al-Qur’an kehilangan struktur keseluruhan, sering kabur dan tidak berurutan dalam bahasa dan isi, asal-asalan dalam kaitannya dari bahan-bahan yang tidak terpisah dan ditentukan pada pengungalangan dari keseluruhan bagian pada versi-versi yang beragam. (p.120).
Posting Komentar