Pendahuluan
Sholat tarawih merupakan sholat sunnah yang biasa dilakukan ummat Islam di malam bulan Ramadhan. Umumnya di Indonesia, sholat tarawih berjumlah 11 rakaat (plus witir) dan 23 rakaat (plus witir). Perbedaan ini sebetulnya wajar saja, karena setiap ulama kita terkadang berbeda dalam memahami sebuah dalil sehingga menghasilkan fatwa yang berbeda pula. Agar kita terhindar dari sekedar taqlid al-a’ma (pengikut buta), alangkah baiknya kita mengetahui dalil sholat tarawih 11 rakaat dan 23 rakaat. Berikut penjelasannya:
Dalil Sholat Tarawih 11 Rakaat (plus witir)
Untuk penjelasan
sholat tarawih 11 rakaat, yaitu terdiri dari 8 rakaat tarawih + 3 rakaat witir,
kita merujuk kepada hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh AiSyah Radhiallahu
‘anha. Saat itu Aisyah pernah ditanya tentang jumlah rakaat sholat tarawih yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW pada malam bulan Ramadhan. Aisyah menjawab dalam
sebuah hadits:
“Nabi SAW tidak
pernah melakukan salat sunah pada Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas
rakaat. Beliau salat 4 rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan
indahnya. Kemudian, beliau salat lagi 4 rakaat, dan jangan engkau tanya
bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian, beliau salat 3 rakaat [witir],” (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Dari hadits ini,
menunjukkan dengan sangat jelas bahwa Rasulullah melaksanakan sholat tarawih
berjumlah 8 rakaat dan witir 3 rakaat. Formasi sholatnya adalah 4 rakaat salam,
4 rakaat salam dan 3 rakaat (witir) salam.
Selain itu, ada
juga formasi sholat tarawih yang dilaksanakan dengan formasi 2 rakaat salam
sampai mencapai 8 rakaat, baru kemudian 3 rakaat witir. Pelaksanaan sholat
tarawih semcam ini juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid al-Jauhany yang berbunyi sebagai
berikut:
“Nabi salat 2
rakaat khafifatain, lalu beliau salat 2 rakaat panjang-panjang, kemudian salat
2 rakaat yang kurang panjang dari salat sebelumnya, lalu beliau salat lagi 2
rakaat yang kurang lagi dari salat sebelumnya, kemudian salat 2 rakaat yang
kurang lagi dari salat sebelumnya, kemudian salat 2 rakaat yang kurang lagi
dari salat sebelumnya, dan beliau melakukan witir (satu rakaat). Demikianlah
(salat) 13 rakaat,” (H.R. Muslim).
Dalil Sholat Tarawih 23 Rakaat (plus witir)
Pelaksanaan
salat tarawih sebanyak 20 rakaat dimulai sejak masa Khalifah Umar bin Khattab.
Di samping itu, salat yang pada masa Nabi hanya disebut sebagai "salat
sunah malam hari Ramadan", kemudian berubah menjadi salat tarawih.
Salat sunah
tarawih pada masa Umar bin Khattab dikerjakan untuk pertama kalinya secara
berjemaah sebanyak 20 rakaat tanpa witir. Kesepakatan pelaksanaan 20 rakaat
pada masa itu juga diikuti oleh mayoritas sahabat.
Dilansir NU Online, kesepakatan itu datang dari mayoritas ulama salaf dan khalaf, mulai
masa sahabat Umar sampai sekarang, bahkan sudah menjadi ijmak sahabat dan
sebagian besar ulama 4 mazhab: Syafi’i, Hanafi, Hanbali, dan mayoritas mazhab
Maliki.
Hal yang
melatarbelakangi inisiatif salat tarawih secara berjemaah pada masa Umar bin Khattab
adalah karena pelaksanaan salat tarawih yang tidak kompak. Ada yang melakukan
sendiri, ada pula yang berjemaah. Perihal ini dijelaskan dalam riwayat
Abdurrahman bin ‘Abdul Qari’ sebagai berikut:
“Dari
‘Abdurrahman bin ‘Abdul Qari’, beliau berkata, 'Saya keluar bersama Sayyidina
Umar bin Khattab RA ke masjid pada bulan Ramadan. [Didapati dalam masjid
tersebut] orang yang salat tarawih berbeda-beda. Ada yang salat sendiri-sendiri
dan ada juga yang salat berjemaah. Lalu Sayyidina Umar berkata, 'Saya punya
pendapat, andai mereka aku kumpulkan dalam jemaah satu imam, niscaya itu lebih
bagus.' Lalu, beliau mengumpulkan kepada mereka dengan seorang imam, yakni
sahabat Ubay bin Ka’ab. Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi ke
masjid. Orang-orang sudah melaksanakan salat tarawih dengan berjemaah di
belakang satu imam. Umar berkata, ‘Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini [salat
tarawih dengan berjemaah],” (H.R. Bukhari).
Semenjak itu,
salat tarawih secara berjemaah dilaksanakan secara teratur setiap malam Ramadan.
Adapun dalil pelaksanaan salat tarawih 20 rakaat pada masa Umar bin Khattab
sebagai berikut:
“Dari Yazid bin
Ruman telah berkata, ‘Orang-orang senantiasa melaksanakan salat pada masa Umar
RA pada Ramadan sebanyak 23 rakaat [20 rakaat tarawih, disambung 3 rakaat
witir],” (H.R. Malik)
Selain itu, pada
dalil lain riwayat Sa’id bin Yazid juga dikatakan bahwa pelaksanaan salat
tarawih pada masa Umar bin Khattab sebanyak 20 rakaat sebagai berikut:
“Para sahabat
melaksanakan salat [tarawih] pada masa Umar RA di Ramadhan sebanyak 20 rakaat,”
(H.R. Baihaqi).
Posting Komentar